Work Life Balance, saya pernah ada di fase hidup yang… jujur, lumayan kacau. Setiap pagi dimulai dengan notifikasi email, siang dipenuhi meeting, dan malam diakhiri dengan laptop tetap terbuka sampai mata rasanya kering. Waktu makan sering ditunda, waktu tidur dikorbankan, dan waktu buat diri sendiri? Gak ada.
Awalnya saya pikir, “Yah namanya juga cari rezeki, masa iya ngeluh?”
Tapi perlahan, saya mulai menyadari kalau saya kehilangan banyak hal: waktu dengan keluarga, waktu istirahat yang benar-benar berkualitas, dan yang paling parah—saya mulai kehilangan diri sendiri. Kalau kamu pernah ngerasa seperti cuma hidup untuk kerja, percaya deh, saya ngerti banget rasanya.
Work Life Balance Fase Sibuk Tanpa Arah
Apa Itu Work Life Balance, Sebenarnya?
Keseimbangan kerja dan hidup—atau work life balance—bukan berarti kita harus punya pembagian waktu 50:50 antara kerja dan kehidupan pribadi. Gak seideal itu. Tapi intinya adalah: kita bisa merasa cukup dan puas dengan keduanya.
Artinya, kerja tetap jalan, tapi kamu juga punya waktu untuk:
Tidur yang cukup
Makan dengan tenang
Ketemu orang-orang yang kamu sayang
Ngerjain hal yang bikin kamu senang
Dan yang terpenting: kamu gak ngerasa bersalah saat kamu off. Ini yang susah buat banyak orang.
Titik Jenuh: Ketika Tubuh dan Pikiran Meminta Berhenti
Saya ingat banget satu titik kritis. Minggu itu penuh deadline, dan saya pikir saya bisa handle semuanya. Tapi ternyata, saya mulai gampang marah, kepala pusing terus, dan mulai ngerasa… hampa. Kayak apa pun yang saya kerjakan gak ada ujungnya.
Saya coba push terus, tapi malah makin drop. Akhirnya saya kena burnout.
Yang bikin nyesek, waktu saya akhirnya izin cuti buat istirahat, saya malah gak tahu harus ngapain. Serius. Rasanya aneh banget ketika gak kerja. Seolah hidup saya cuma valid saat saya produktif.
Dari situ, saya mulai sadar: ini gak sehat. Saya harus ambil alih kendali lagi.
Cara Pelan-pelan Memperbaiki Work Life Balance (Yang Sebenarnya Realistis)
Saya gak tiba-tiba langsung berubah jadi orang super disiplin dengan waktu. Prosesnya pelan, dan banyak gagal di tengah jalan. Tapi ada beberapa hal yang cukup berhasil buat saya:
1. Bikin Batas yang Jelas Antara Kerja dan Waktu Pribadi
Saya mulai dengan hal kecil: log out dari akun kerja di HP setelah jam kerja. Kelihatannya sepele, tapi dampaknya besar banget. Saya juga set notifikasi email buat off otomatis setelah jam 6 sore.
2. Belajar Bilang “Tidak” Tanpa Rasa Bersalah
Ini susah banget di awal. Tapi saya mulai belajar membedakan mana yang urgent dan mana yang bisa ditunda atau didelegasikan. Menolak tugas tambahan bukan berarti saya pemalas, tapi karena saya juga butuh hidup di luar kerja.
3. Jadwalkan Waktu untuk Diri Sendiri Seperti Menjadwalkan Meeting
Ini life hack yang sangat membantu. Saya literally tulis di kalender: “Waktu untuk olahraga”, “Ngopi sambil baca buku”, “Waktu bareng pasangan”. Kalau nggak dijadwalkan, seringnya malah gak kejadian dikutip dari laman resmi Halodoc.
4. Nggak Selalu Harus Produktif Setiap Saat
Dulu saya pikir scrolling medsos atau nonton film adalah buang waktu. Tapi sekarang saya sadar: waktu kosong itu penting. Otak butuh istirahat, dan bukan berarti saya jadi orang yang kurang ambisi.
Work Life Balance Bukan Soal Malas, Tapi Soal Bertahan Lama
Keseimbangan itu bukan berarti kerja lebih sedikit, tapi kerja dengan cara yang bikin kita bisa jalan jauh. Kerja terus-menerus tanpa berhenti mungkin bisa bikin hasil dalam jangka pendek, tapi apa gunanya kalau habis itu kamu tumbang?
Saya belajar bahwa istirahat itu bukan hadiah setelah kerja keras. Istirahat itu bagian dari kerja keras itu sendiri. Kamu gak bisa kasih 100% kalau isi baterainya tinggal 20%.
Dan satu hal lagi: work life balance itu bukan tujuan akhir yang kalau sudah dicapai, selesai. Dia itu proses yang terus-menerus. Kadang kamu bisa jaga dengan baik, kadang hilang lagi. Wajar.
Refleksi: Apa yang Paling Berharga dari Hidupmu?
Waktu yang saya lewatkan bareng orang-orang terdekat itu gak bisa diulang. Dan waktu buat jaga kesehatan juga gak bisa ditunda sampai “kerjaan udah kelar semua”—karena kerjaan gak akan pernah benar-benar selesai.
Jadi kalau sekarang kamu lagi merasa capek, sibuk terus, sampai gak bisa bedain hari Senin sama Minggu, mungkin ini saatnya nanya:
“Apa yang sebenarnya penting buat saya saat ini?”
Dan dari situ, kamu bisa mulai membangun work life balance versi kamu sendiri. Gak harus sempurna, yang penting kamu mulai sadar dan bergerak.
Penutup: Kita Hidup untuk Lebih dari Sekadar Bekerja
Work life balance bukan mitos. Bukan juga hanya untuk mereka yang “punya privilese”. Ini kebutuhan semua orang. Dan meskipun jalannya gak gampang, bukan berarti gak mungkin.
Mulai dari hal kecil. Satu kebiasaan. Satu perubahan. Karena pada akhirnya, hidupmu lebih berharga daripada sekadar daftar tugas yang harus selesai.
Baca Juga Artikel dari: Batu Bengkung: Pesona Alam Tersembunyi di Selatan Malang
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Lifestyle